Wednesday, 27 August 2014

Meski Kurikulum 2013 resmi diberlakukan mulai tahun ajaran 2014, namun Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan rupanya justru belum siap. Liat saja, sudah hampir anak sekolah belajar, tetapi buku pendukung belum jua bisa mereka dapatkan. Lalu bagaimana siswa bisa belajar efektif?

Sudah hampir sebulan anak saya belajar di SMP, selama itu pula belum mendapatkan buku pelajaran Kurikulum 2013. Namun hari ini, kedua anak saya datang membawa sebuah buku lumayan tebal, lebih 100 halaman, dan minta difotocopykan sebagai buku pegangan. Ini bukan soal biaya yang harus dikeluarkan untuk menggandakan buku tersebut, tetapi soal kesiapan pemerintah memberlakukan kurikulum baru tersebut.

Ini sangat memprihatinkan. Pendidikan gratis yang dicanangkan pemerintah Sulawesi Selatan, bukannya membantu meringankan beban orang tua siswa tetapi justru membuat pengeluaran membengkak. Untuk menggandakan buku setebal 100 halaman itu butuh biaya sekira Rp 40.000 perbuah. Lalu, berapa banyak buku yang harus digandakan?

Suka atau tidak, buku itu harus difotocopy. Sebab jika tidak, resikonya anak-anak bakal tertinggal pelajarannya di sekolah. Dan itu efeknya bakal panjang. Bahkan bisa mengganggu semangat belajar anak-anak.

Terkait dengan pemberlakuan Kurikulum 2013, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh, dalam sebuah kesempatan berjanji akan menuntaskan pengadaan buku Kurikulum 2013. Rencananya buku untuk siswa SD dan SMP sudah rampung akhir Januari tahun ini (Tempo, 28 Januari 2014). Saat ini, kita sudah berada di penanggalan akhir Agustus 2014, dan janji itu belum juga bisa terealisasi.

Tidak sulit mencari kambing hitamnya sebagai sasaran empuk pemikul tanggung jawab kegagalan.*****

Awali Bisnis Bermodal Rp 635 ribu. Berminat? Hub 0813 5505 2048 PIN 7D3F47E5

0 comments:

Post a Comment