Biaya Makan Tamu Pemkot Makassar versus Gizi Buruk
Pemerintah Kota Makassar menganggarkan biaya untuk jamuan makan dan minum tetamunya selama tahun 2015 senilai Rp 5,4 miliar. Tetapi untuk membantu memperbaiki gizi rakyat anggarannya untuk periode yang sama hanya Rp 202 juta.
Anggaran untuk 50 pemberian makanan tambahan bagi 50 balita itu bahkan lebih rendah dari rancangan pembelian ranjang sang wali kota yang semula diusulkan Rp 220 juta.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Makassar, Naisyah T Azikin, seperti dikutif Fajar (Senin, 22 Desember 2014), mengatakan, anggaran untuk perbaikan gizi bagi balita itu sudah sesuai dengan kebutuhan. Dana itu akan dimanfaatkan untuk memberi makanan tambahan kepada 50 anak.
Bagi Pemerintah Kota Makassar, menjamu tamu jauh lebih penting daripada memperbaiki gizi rakyat yang justru sangat membutuhkan. Butkinya, anggaran yang disiapkan buat sang tamu laksana langit dan bumi jika dibandingkan dengan alokasi biaya untuk anak penderita gizi buruk.
Sebagai orang timur, menghargai tamu memang sangat penting. Tetapi sebagai pemimpin yang diberi amanah, memperhatikan kesejahteraan rakyat juga maha sangat penting. Apalagi, itu menyangkut anak balita yang punya gizi buruk.
Bagaimana mungkin pemeringtah kota melalui dinas kesehatan hanya mengalokasikan biaya untuk membantu perbaikan gizi buruk hanya untuk 50 balita saja untuk setahun? Sungguh sulit memahami cara berpikir tim perancang anggaran pemerintah kota dalam konteks perbaikan gizi bagi anak balita. Apalagi itu berbanding terbalik dengan cara mengukur biaya yang akan dikeluarkan untuk tetamu yang belum diketahui jumlahnya kurun tahun 2015.
Sepertinya, lembaga yang selama ini rajin mengawasi penggunaan anggaran pemerintah perlu mengawasi pemanfaatan uang makan para tetamu Pemerintah Kota Makassar.
Awali Bisnis Bermodal Rp 635 ribu. Berminat? Hub 0813 5505 2048 PIN 7D3F47E5
0 comments:
Post a Comment