Monday 31 August 2015

Minggu (30/8/2015), selepas Magrib, di tengah kepadatan arus lalulintas di pertigaan Jl AP Pettarani – Jl Boulevard Panakkukang Mas, tersaji pemandangan yang biasanya hanya disaksikan di layar kaca. Sesaat para pengguna jalan seolah terhipnotis dan hanya bisa saling pandang. Meski selanjutnya meledak tawa. Lucu bin menggelikan.

Saat itu, seorang pria mengenakan celana panjang kain berwarna gelap. Tanpa baju yang menutupi bagian atas tubuhnya yang juga berwarna gelap. Pria yang kalau tidak salah taksir sekira berusia kisaran 20-an tahun itu, bergerak “ngesot” di atas aspal melintasi jalan di dekat traffic light, menyebabkan sejumlah kendaraan melambat.

Dramanya berawal, ketika sejumlah kendaraan yang semula berhenti, mulai bergerak pelan. Pria yang terduduk di aspal tanpa alas tersebut tiba-tiba berdiri dan berlari kencang kea rah barat menyeberang jalan. Hening sesaat, semua seolah terpana menyaksikan “atraksi” sang pengemis ngesot. Namun itu hanya sesaat, karena dalam hitungan beberapa menit berikutnya meledak tawa nyaris bersamaan. Seolah tak percaya dengan penglihatan sendiri di awal malam itu.

Seorang pengendara yang ikut menyaksikan aksi sang pengemis ngesot mengatakan, pria yang berpura-pura cacat itu repleks berdiri dan berlari setelah melihat sebuah mobil yang bergerak pelan di sampingnya. Pengendara itu melanjutkan bahwa mobil tersebut dikendarai petugas dari dinas sosial. Melihat reaksi pengemis itu, boleh jadi informasi pria pengendara sepeda motor tersebut mengandung kebenaran.

Apa pesan dalam peristiwa yang terjadi ba’da salat Magrib itu? Menurut saya cukup banyak. Bergantung dari sisi mana kita mau melihatnya. Yang pertama, tidak semua pengemis yang terlihat ngesot di jalan benar-benar seperti itu dalam kehidupan kesehariannya. Kedua, boleh jadi sang pengemis ngesot yang tiba-tiba perkasa berlari itu sudah sering terjaring razia dari instansi yang berwenang dan betanggung jawab menertibkan mereka. Ketiga, ini menjadi pesan penting bagi warga untuk lebih bijak menyikapi keberadaan para pengemis di tepi jalan. Dan tentu masih banyak pesan lain yang bisa dipetik hikmahnya.

Jika benar kehadiran kendaraan yang dikenali sebagai mobil yang dikendarai petugas dari dinas sosial itu yang menjadi pemicu sang pengemis ngesot tiba-tiba bisa berjalan normal, bahkan melakukan sprint ke seberang jalan yang tergolong padat, maka itu berarti para pengemis bisa ditertibkan jika dilakukan secara sistematis dibarengi tindakan tegas. Buktinya, sang pengemis bisa mengenali kendaraan yang setidaknya pernah digunakan sang petugas penertiban. Tindakan refleks sang pengemis itu juga menyebabkan sejumlah pengendara mengemukakan alasannya mengapa mereka menentang setiap orang yang terbiasa memberi sedekah kepada pengemis di jalanan. Karena itu menjadi kebiasaan buruk dan bisa dijadikan modus bagi oknum yang ingin memanfaatkan kedermawanan pengendara.

Yang pasti fakta itu sudah menjelaskan banyak hal. Selanjutnya kembali kepada setiap individu apakah masih akan ikhlas memberi sedekah para pengemis jalanan atau tidak. Sejumlah pengendara sempat berujar, semula ia ikhlas menyerahkan lembaran rupiah kepada pengemis, namun dengan peristiwa itu menjadi ragu dan memilih menyalurkan sedekah melalui rumah ibadah saja.

Yang penting, hindari sikap buruk sangka. Dan yang tak kalah pentingnya, pemerintah sebaiknya rutin melakukan razia untuk menertibkan mereka untuk menciptakan Makassar Kota Dunia. Kota yang tidak Rantasak.***

Mau Mulai Bisnis dengan Modal Kecil? SMS ke 0813 5505 2048 - PIN 7D3F47E5

0 comments:

Post a Comment