Wednesday 11 December 2013

Demo mahasiswa dua hari terakhir sangat memprihatinkan. Hari pertama, unjuk rasa dilakukan memperingati Hari Antikorupsi. Sedangkan hari kedua, mahasiswa memperingati Hari Hak Azasi Manusia. Tetapi kenapa harus dengan cara yang anarkis dan meminta korban?

Demo yang digelar mahasiswa sejatinya mendapat dukungan publik karena kaum yang seharusnya terpelajar itu mengaku beraksi untuk kepentingan rakyat. Tetapi dalam berbagai kasus unjuk rasa akhir-akhir ini, rakyat justru merasa terganggu oleh perilaku mahasiswa yang berunjuk rasa dengan menutup jalan.

Unjuk rasa telah menimbulkan biaya tinggi dan ketidaknyamanan masyarakat, khususnya bagi pengguna kendaraan umum. Anak sekolah terganggu da telat sampai kerumah karena jalan yang mereka lewati diblokir. Dan akibat pemblokiran jalan itu banyak kegiatan yang harus tertuda. Bahkan batal. Kemacetan terjadi di sejumlah titik. Semua itu gara-gara ulah sekelompok mahasiswa.

Bentrokan di hari pertama memakan korban. Saling serang membuat seorang jurnalis terluka. Darah bercucuran dari pelipisnya yang sobek kena batu. Dan batu itu ditengarai dari kelompok mahasiswa karena batu itulah senjata utamanya dalam melawan petugas.

Tidak ada lagi kah cara-cara yang lebih elegan dan terdidik yang bisa dilakukan untuk menyampaikan aspirasi? Menyampaikan aspirasi dengan mengedepankan kekerasan akan melahirkan kekerasan baru yang bisa jadi tingkatannya lebih tinggi.

Sebagai generasi muda, mahasiswa seharusnya bisa mengontrol diri. Mampu menyampaikan protes dengan cara brilian bermartabat.

0 comments:

Post a Comment