Thursday 26 January 2012

Kolam berukuran 40 x 30 meter itu dibuat tanpa tujuan yang jelas. Awalnya, pemilik tanah tidak pernah berniat membuat kolam sebesar itu. Lahan perkebunan itu menjadi kolam setelah tanahnya dikeruk untuk menimbun jalan tol perluasan bandara baru, beberapa tahun silam. Setelah tanahnya dikeruk dan dijual oleh pemiliknya, sekitar tahun 1995, kolam “raksasa” itu menjadi tidak terurus dan menjadi sarang sejumlah binatang melata. Bahkan, mungkin menjadi sarang berbagai penyakit. Kolam yang sudah belasan tahun menganggur itu, kini berpotensi menjadi sumber penghasilan baru bagi pemiliknya. Itu setelah tiga aktivis dari Lembaga Pemberdayaan Rakyat Nusantara (L_Peran) menjadikan kolam itu sebagai tempat budi daya ikan nila dengan membuat keramba dalam kolam tersebut. Dalam kolam besar itulah dibuatkan keramba yang ukurannya beragam. Kolam berukuran 5x6 meter bakal diisi 3.000-an ekor bibit ikan, ukuran 4x6 meter diisi 2.500 ekor bibit, dan yang berukuran 4x3 meter yang diisi 1.000 ekor bibit. Setelah masa uji coba berhasil. L_Peran bekerjasama dengan Balai Pengembangan Pendidikan Nonformal dan Informal (BPPNFI) Regional V Makassar, mengembangkan model pembudidayaan ikan nila di dalam kolam tersebut. Staf BPPNFI Regional V Makassar sebagai penanggung jawab program model budi daya tersebut, Iwan Dermawan, beberapa hari lalu, mengatakan, dalam pengembangan model itu, BPPNFI Regional V Makassar melalui L_Peran melakukan pendampingan kepada kelompok dengan membuat keramba di dalam kolam tersebut. Dikatakan, BPPNFI membantu kelompok tersebut melalui pendampingan. Mereka diajari teknik budi daya ikan nila dan manajemen usaha. Termasuk memberikan asistensi untuk mengembangkan lembaga keuangan mikro sebagai ansipasi terhadap pengembangan bisnis budi daya ikan nila dalam skala yang lebih besar. Saat ini menurut Iwan, sementara dijajaki kemungkinan untuk mendapat bantuan keuangan dari pihak ketiga. Sudah ada petugas dari Bank Indonesia yang berkunjungan ke lokasi tersebut. Karena tertarik dengan tekni budi daya yang dikembangkan, petugas dari BI itu memesan dua buah kolam keramba yang terbuat dari bambu. Sebanyak 30 warga di sekitar kolam itu dilibatkan untuk mengelola keramba. Penebaran bibit ikan nila dan ikan koi sudah dilakukan pekan lalu di tiga keramba, sudah dilakukan beberapa hari lalu. Kolam lainnya akan menyusul setelah kiriman bibit ikan nila tiba dari Sukabumi. Ketua Lembaga Pemberdayaan Rakyat Nusantara, Indra, mengatakan, karena warga yang dilibatkan untuk mengelola keramba tersebut adalah petani, maka proses belajar dilakukan hanya sekali sepekan. Yakni saat petani tidak turun ke sawah. Sembari memberi bahan tentang teori budi daya ikan, warga belajar itu dilatih membuat keramba yang akan digunakan di dalam kolam yang akan mereka kelola di sela-sela kegiatannya menggarap sawah. Indra optimistis model tersebut bakal berjalan sukses. Bahkan mereka sudah merencanakan sejumlah agenda lanjutan jika keramba itu sudah berproduksi. Kolam besar yang terletak di atas areal perkebunan yang kurang produktif itu akan dijadikan tempat hiburan bagi mereka yang gemar memancing. Saat ini budi daya tersebut hanya memanfaatkan tiga kolam besar yang terletak di Dusun Bentenge, Desa Bontomatene, Kecamatan Mandai Kabupaten Maros. Namun demikian, sudah banyak pemilik kebun yang tidak produktif di sekitar lokasi itu sudah menyatakan minatnya mengembangkan budi daya ikan nila itu. Indra optimistis. Budi daya tersebut bakal berkembang dan bisa menjadi sumber pendapatan baru bagi warga setempat. Apalagi daya serap pasar ikan nila cukup baik. Saat panen hasil uji coba saja, pembeli yang langsung ke lokasi mengambil ikannya. Ketua Kelompok Tani Budi Daya Ikan Nila, Dg Rowa, mengatakan, di bersama dengan 30 orang warga setempat tertarik dengan konsep pengembangan budi daya ikan yang ditawarkan. Karena bisa meningkatkan pendapatan warga yang selama ini hidup dari bertani. “Tidak ada salahnya kami mencoba konsep yang ditawarkan. Apalagi, lahan yang digunakan untuk pembuatan keramba sudah lama menganggur. Bagi kami, yang penting bekerja dulu baru bicara hasil,” kata Dg Rowa. (rusdy embas)

0 comments:

Post a Comment