Thursday 16 February 2012

Judul ini menjadi tema diskusi bulanan Makassar Meeting Group bulan Februari 2012. Diskusi bulanan yang digagas oleh belasan NGO di Makassar ini menghadirkan Wali Kota Makassar Ilham Arief Sirajuddin sebagai pembicara.

Kapolrestabes Makassar yang juga diundang, mengutus Kabag Operasi Polrestabes Makassar, AKBP Hotman Sirait untuk hadir. Belasan penggiat LSM dan jurnalis juga hadir dalam diskusi yang berlangsung sekira dua jam tersebut.

Maraknya perampokan sejumlah minimarket dalam Kota Makassar dua pekan terakhir ini, menjadi salah satu topik menarik dalam diskusi yang berlangsung di Warung Kopi 76 Makassar, Rabu (15/2).

Hotman Siagian mengakui, tercatat ada 10 TKP perampokan minimarket di Makassar yang masuk ke kepolisian. Pelakunya di dua TKP sudah terungkap. Bahkan salah satu tersangka sudah diamankan sedangkan lima lainnya melarikan diri dan masih dalam pengejaran.

Untuk menekan tingkat kejahatan, di minimarket misalnya, kata Hotman, kepolisian akan meluncurkan program yang akan menghubungkan langsung (on line) CCTV minimarket tersebut dengan polsekta di Makassar. Sehingga jika terjadi tindak kekerasan di tempat yang CCTV-nya terhubung secara langsung dengan polsek itu, petugas bisa segera bertindak. “Program ini akan dilaunching dalam waktu dekat,” kata Hotman.

Kabag Ops Porestabes Makassar ini mengimbau warga agar tidak bermasa bodoh dengan peristiwa yang terjadi di sekitarnya. Ini penting untuk mempersempit ruang gerak pelaku kejahatan.

“Hindari sikap masa bodoh atas sebuah peristiwa. Polisi tidak bisa kerja sendiri dalam menciptakan rasa aman bagi warga. Kita perlu bersinergi,” imbau Hotman.

Apalagi jumlah petugas kepolisian masih relatif dibatas dibanding kebutuhan. Secara ideal, kata Hotman, ratio antara polisi dengan warga adalah 1 berbanding 200 hingga 250, tetapi sekarang ini rationya di Makassar masih 1 berbanding 600 hingga 700.

Jumlah polisi di Makassar saat ini menurut Hotman sekitar 2.300-an yang tersebar di 12 polsekta. Itu sudah termasuk polisi di bagian staf yang tidak terjun ke lapangan. Mereka ini harus melayani sekitar 1,3 juta penduduk Kota Makassar.

Sementara Wali Kota Makassar Ilham Arief Sirajuddin mengatakan, perlindungan terbaik adalah dimulai dari sendiri. Artinya, jangan memberi peluang bagi pelaku untuk mewujudkan niatnya berbuat jahat. Karena orang jahat itu berbuat jika ada kesempatan.

Ilham mengakui, akselerasi warga Makassar terus meningkat dengan segala dampak ikutannya sebagai warga Kota Metropolitan yang sudah menuju Kota Dunia, sementara di sisi lain, jumlah aparat kepolisian belum bertambah secara signifikan.

Terkait maraknya perampokan minimarket akhir-akhir ini, Ilham mengimbau pelaku bisnis retail itu membuat sistem pengamanan yang lebih baik misalnya memasang alarm yang bisa segera berbunyi jika terjadi aksi kejahatan di dalam mini market tersebut.

“Jika ada alarm yang berbunyi, akan memberi efek kejut kepada penjahat dan kemungkinan mereka akan segera melarikan diri. Itu salah bentuk pengamanan yang mungkin bisa diterapkan,” kata Ilham.

Soal keamanan menurut Ilham adalah urusan yang terus berlangsung sehingga masyarakat perlu bersinergi membangun rasa aman itu.

“Mari menjadi polisi bagi diri sendiri. Jangan membuka peluang untuk penjahat berbuat kejahatan,” kata Ilham.

Menyongsong pestra demokrasi Pemilihan Gubernur Sulsel Periode 2013-2018, Ilham mengimbau agar warga ikut menciptakan ketertiban. Intinya, adalah bagaimana mengupayakan agar keamanan tetap bisa terkendali.

“Jangan mengusik orang lain agar tidak tercipta rasa tidak aman,” kata Ilham.

Wali Kota Makassar yang mencalonkan diri menjadi Gubernur Sulsel ini minta masyarakat membiasakan diri menggunakan fasilitas resmi agar mudah dideteksi jika terjadi masalah. Imbauan itu dikemukakan Ilham terkait adanya seorang atlet yang ditemukan meninggal akibat dianiaya.

Saat itu, menurut Ilham, korban ditengarai baru datang dari luar kota menggunakan jasa angkutan mobil berpelat hitam yang beroperasi secara liar, sehingga petugas keamanan sulit mendeteksi keberadaan mobil tersebut.

Ilham juga menyinggung soal penataan pedagang kaki lima yang sering disoroti banyak pihak. Pedagang kaki lima tidak akan digusur, tetapi dilakukan penertiban untuk membantu penataan kota sehingga Kota Makassar terlihat bersih.

“Selama saya menjadi Wali Kota Makassar tak akan ada penggusursan pedagang kaki lima. Yang ada hanya penataan. Mereka tidak boleh mendirikan tempat jualan secara permanen. Apalagi, membawa keluarganya tinggal di tempat itu.

“Hasil penataan itu bisa diliat di Jl Pettarani. Dalam dua jam saja, semua tempat jualan pedagang kaki lima sudah bisa dibersihkan. Itu karena semuanya sudah menggunakan gerobak yang mudah dipindahkan,” kata Ilham.(rusdy embas)

0 comments:

Post a Comment