Sunday 19 May 2013

Masih segar dalam ingatan tentang penganiayaan yang dilakukan terhadap dua jurnalis di Makassar. Kini daftar panjang perlakuan kekerasan terhadap pekerja media di daerah ini bertambah lagi. Kantor Radar Bone diserang orang tak dikenal. Ada apa?

Di zaman seperti sekarang ini, begitu mudahnya orang berbuat anarkis. Begitu mudahnya mereka menjatuhkan hukuman terhadap siapa saja yang mereka anggap salah. Dan parahnya lagi, perbuatan mereka seperti mendapat permakluman dari mereka yang seharusnya menegakkan ketertiban umum.

Melihat dan mencermati sejumlah tindak kekerasan terhadap pekerja media dan jurnalis pada umumnya, timbul pertanyaan yang sangat bmenggoda. Apakah, prilaku atau pemberitaan yang dibuat jurnalis melukai mereka yang nekad berbuat kekerasan itu? Atau ada hal lain menjadi penyebabnya? Ataukah mereka merasa permberitaan yang dilakukan media merugikan mereka? Jika itu yang terjadi maka oto kritik perlu dilakukan sembari berharap aparat keamanan melakukan tindakan yang pantas buat mereka yang membuat ketidaknyamanan itu.

Jika pekerja media, khususnya jurnalis sudah bekerja sesuai standard dan kode etik jurnalis namun kekerasan tetap saja muncul, mungkin sudah saatnya para pekerja media memberkali diri dengan “apa saja” sebagai langkah berjaga-jaga.

Tidaklah berlebihan jika kita mencoba menjadi polisi bagi diri sendiri. Atau setidaknya jangan terlalu berharap penganiaya itu akan mendapat hukuman setimpal akibat dari perbuatan mereka.

Intinya, lawan mereka.Apapun cara yang dianggap tepat untuk menghentikan kebrutalan mereka.(Rusdy Embas)

0 comments:

Post a Comment