Friday 21 February 2014

Siang itu cuaca sedang bersahabat. Sinar matahari tidak terlalu terik, ketika kami tiba di PAUD Pelangi. Taman Kanak – Kanak Model Balai Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini Nonformal dan Informal (BP-PAUDNI) Regional III ini terletak di kawasan Tempat Pembuangan Akhir Tamangapa, Antang, Makassar.

Sejumlah anak-anak usia dini keluar dari kolong rumah berukuran sederhana. Mereka ternyata adalah murid taman-kanak yang ingin kami kunjungi. Anak-anak itu tidak mengenakan seragam sebagaimana layaknya murid taman kanak-kanak pada umumnya. Warna pakaian mereka beragam. Mungkin ini yang menginspirasi penggagas model ini sehingga memberi nama sekolah binaannya, PAUD Pelangi. Pakaian mereka memang penuh warna. Laksana pelangi.

Satu-satunya seragam yang mereka milikilah hanyalah kaos olah raga yang diberikan oleh BP PAUDNI Regional III. Itu pun baru dilakukan, pekan kedua Februari 2014. Pakaian tersebut hanya dikenakan sekali dalam sepekan. Yakni pada hari olah raga.

Kolong rumah seukuran 6 x 4 meter itu tertata rapi. Alat peraga sebagai bahan ajar anak-anak sudah tersusun rapi di pinggiran dinding. Sebuah, ayunan juga ada di dalam rungan sehingga membuat ruangan tersebut terasa sempit. Tetapi menurut pengelolanya, ayunan akan dipindahkan ke halaman setelah pintu pagar rampung. Rupanya, kami tiba setelah proses belajar sudah selesai, siang itu.

Meski sudah ada taman kanak-kanak di daerah itu sebelum PAUD Pelangi hadir, namun keberadaan sekolah yang digagas BPPAUDNI Regional III itu tetap saja disambut positif oleh warga setempat. Apalagi orang tua murid tidak dibebani biaya oleh penyelenggara.

Salah satu antusiasme orang tua terhadap kehadiran sekolah tersebut, terlihat pada banyaknya orang tua yang ingin memasukkan anak di PAUD Pelangi. Anak-anak yang ikut belajar sudah melebihi target pengelola, sebanyak 20 anak.

Sebelum menempati kolong rumah, PAUD Pelangi pernah menempati teras sebuah masjid yang terletak di dalam kawasan tersebut. Meski menggunakan kolong rumah namun semangat belajar anak-anak cukup besar.

Ke-20 anak-anak tersebut didampingi tiga tutor (guru) lulusan sekolah menengah atas. Tutor itu direkrut dari kalangan mereka sendiri sehingga komunikasi dengan anak didik dan orang tuanya bderjalan sangat alami.

Untuk memantau tumbuh kembang anak, BP-PAUDNI Regional III menggandeng Puskesmas Pembantu (Pustu) Tamangapa. Lokasi Pustu itu memang relatif dekat dengan PAUD Pelangi. Petugas pustu bisa menjangkau sekolah hanya dengan berjalan kaki.

Penanggung Jawab Pustu Tamangapa Antang, Alfina L, mengatakan, dalam setiap kunjungannya, tumbuh kembang anak peserta belajar di lembaga PAUD tersebut diamati. Termasuk member vitamin yang mereka butuhkan. Selain vitamin, anak-anak juga diberi makanan tambahan secara regular.

“Hari ini, kami memberi mereka Taburia. Vitamin untuk meningkatkan nafsu makan ini, diberikan bagi anak-anak di bawah usia lima tahun. Pemberian vitamin diberikan dua kali dalam setahun,” kata Alfina, Jumat (14/2/2014).

Kini, program tersebut sudah berjalan. Respon masyarakat pun sangat positif. Pertanyaannya adalah, bagaimana jika tidak ada lagi alokasi anggaran yang diberikan ke Balai Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal dan Informal Regional III untuk biaya operasional sekolah tersebut? Khususnya, honor tutor.

0 comments:

Post a Comment