Wednesday 5 March 2014

1 Maret merupakan hari ulang tahun Harian Pedoman Rakyat. Kini media cetak yang mengklaim diri sebagai Koran Perjuangan itu sudah lama tiada. Ibarat kapal, sudah karam. Hilang dari peredaran. Meski demikian, masih cukup banyak rekan-rekan jurnalis yang menimba ilmu di Pedoman Rakyat ingin mengenang kembali masa-masa indah di tempat yang bagi kami laksana Kawah Candradimuka. Ya … Arief Rate 31 menyimpan aneka kenangan yang sulit terlupakan.

Mantan Pemimpin Redaksi Pedoman Rakyat Verdy R Baso (duduk tengah) yang juga penulis Novel Maipa Deapati—kisah Datumuseng dan kekasihnya Maipa Deapati.

Dan pertemuan, Sabtu 1 Maret 2014, yang seharusnya menjadi ulang tahun ke-67 Pedoman Rakyat itu benar-benar menyulam kembali serpihan kebersamaan yang sempat hilang seiring gagalnya Manajemen Pedoman Rakyat melanjutkan kiprah Koran tersebut menemui pembaca setianya.

Sebagaimana layaknya pertemuan dengan kawan seiring yang lama tidak bersua. Ngumpul bareng itu pun seolah memutar kembali berbagai momen yang pernah kami lewati bersama ketika masih berkantor di Jl Arief Rate 31 Makassar. Ketika sejumlah teman-teman mulai berdatangan, cerita lama pun mengalir. Kisah unik sebagai reporter pemula pun bermunculan.

Verdy R Baso yang memberi wejangan seusai pembacaan doa oleh Muhammad Rusli mengapresiasi sikap mantan wartawan Pedoman Rakyat yang masih tetap mengingat ulang tahun Koran yang sempat dianggap sebagai panggung Sulawesi Selatan itu. Ini menunjukkan jika ikatan emosional antarsesama mantan jurnalis Pedoman masih terjalin kuat.

Di antara kami, ada keinginan kuat untuk membuat buku yang berisi cerita tentang kisah perjalanan kami sebagai wartawan.

Kafe Baca di Jl Adhyaksa No 2 yang menjadi pilihan bagi kami untuk ngumpul di peringatan HUT itu, sekaligus kami jadikan semacam “sekretariat” pertemuan lanjutan membahas sejumlah rencana yang ingin kami wujudkan.

1 comments: