Monday 28 November 2011

Guru disebut-sebut sebagai profesi yang sangat mulia. Sehingga tak berlebihan jika para guru mendapat tempat terhormat dalam strata sosial. Merekalah yang bekerja keras menyiapkan kader muda untuk melanjutkan estapet kepemimpinan suatu bangsa.

Namun di hari guru ini, ada saja guru yang mendapat perlakuan tidak pada tempatnya. Yah…. Seorang guru harus menerima “hadiah” yang tidak pernah diharapkan dalam hidupnya. Gara-gara tindakannya ingin membuat jera murid yang dinilainya tidak disiplin, sang guru harus berurusan dengan polisi.

Ketua Ikatan Guru Indonesia Sulawesi Selatan mengabarkan, seorang pengajar di Desa Bowong Cindea, Kecamatan Bungoro, Kabupaten Pangkajene Kepulauan, Propinsi Sulawesi Selatan, ditangkap polisi dengan tuduhan memukul betis anak muridnya.

Pengajar yang bertugas sebagai Kepala Sekolah Mts DDI Bowong Cindea bernama Jumaidi itu, ditahan di LP pangkep, sejak Jumat lalu.

Gara-garanya, sang kepala menghukum siswa dengan cara memukul betisnya. Nahasnya, sang murid adalah, putra kepala desa setempat.

Jika informasi tersebut benar adanya, organisasi para guru seharusnya mengambil sikap. Membela anggotanya. Apalagi, jika penahanan itu konon dilakukan tanpa melalui proses. Ini hanyalah sebuah kasus yang bisa jadi telah terjadi insiden lain dengan murid yang posisi orang tuanya lebih tinggi lagi.

Guru bukanlah malaikat. Guru memiliki sejumlah keterbatasan dalam menghadapi murid-muridnya. Tetapi guru juga nukan pengadil yang bisa seenaknya menjatuhkan hukuman kepada murid yang dinilai bersalah.

Jika murid melakukan kesalahan atau melanggara disiplin sekolah tempatnya belajar tentu saja menjadi kewenangan guru untuk memberi hukuman yang sifatnya mendidik. Termasuk hukuman fisik yang masih dalam batas toleransi.

Karena profesi guru sangat mulia yang tidak hanya mengemban tugas sebagai pengajar tetapi harus juga bertindak sebagai pendidik anak-anak yang dipercayakan kepada mereka.(rusdy embas)

1 comments:

  1. Guru bukan hny profesi sbagai tenaga pendidik ttp jg pengasuh bahkan pengayom bagi anak didikx, shg tuntutanx mmg bukan hny memiliki kecerdasan intelektual tp lebih dr itu hrs jg pux kecerdasan emosional hingga kecerdasan spritual...(trims p rusdy, tulisannya sgt apresiatif...tawakkal)

    ReplyDelete