Sunday 3 November 2013

Kasus meninggalnya bayi Naila di depan loket layanan asuransi kesehatan gratis (Jamkesda) di Rumah Sakit Umum Lasinrang Pinrang, pekan lalu, memantik perbincangan tentang urgensi Program Kesehatan Gratis yang diagung-agungkan pemeritah, khsususnya janji layanan yang disampaikan gubernur selama kampanye pilkada.

Berita yang dimuat sebagai head line Tribun Timur yang terbit di Makassar itu, sontak menjadi perbincangan publik. Bahkan, terita tersebut tidak hanya menjadi konsumsi lokal, tetapi sudah menyentuh ruang pemerintahan pusat. Apalagi, tribun memberitakannya secara berkelajutan. Tidak tanggung-tanggung, selalu menjadi head line di halaman depan.

Sesaat setelah kabar tersebut tersiar, Gubernur Syahrul Yasin Limpo langsung mengeluarkan perintah penyelidika kepada jajarannya dan memberi dead line harus rampung dalam sepekan. Laporan yang komprehensif sudah harus diterima. Janjinya, kelalaian sekecil apapun yang dilakukan petugas di rumah sakit bersangkutan, terkait dengan pelayanan terhadap bayi yang tidak sempat dirawat itu akan mendapat sanksi.

Ajal memang urusan Yang Maha Kuasa. Kapan dan dimana serta dengan penyebab apa akan terjadi hanya menjadi urusan dan kehendakNYA. Tetapi manusia tetap perlu berupaya melakukan upaya terbaik untuk menjalani kehidupan yang lebih baik. Termasuk urusan menemukan cara terbaik untuk menjalani kehidupan yang lebih baik pula.

Naila sudah dipanggil oleh penciptaNYA. Dan itu harus diikhlaskan. Namun proses kematiannya dan perlakuan yang diterima beserta orang tuanya oleh para petugas di rumah sakit menjadi masalah tersendiri. Dan itu tidak bisa diabaikan, karena berpeluang dialami oleh bocah lainnya. Baik di tempat yang sama atau pun di tempat lain.

Saya menduga kasus ini akan berending seperti biasa. Proses penanganannya bakal sangat standar. Pemerintah menugaskan aparat yang dianggap bertanggung jawab untuk melakukan investigasi. Dan hasilnya pun bisa diduga, pelayanan sudah dilakukan sesuai standar.

Pesan pentingnya adalah, orang miskin dilarang sakit. Karena ketidakmampuan secara ekonomi akan menjauhkan seseorang dari pelayanan yang selayaknya mereka terima dari petugas di rumah sakit.

Program kesehatan gratis bisa saja sangat ideal di mata penggagasnya. Janji layanannya pun bisa saja menggiurkan. Tetapi faktanya, tetap saja ada rakyat tak mampu yang tidak mendapatkan haknya untuk dilayani secara layak. Anaknya meregang nyawa sebelum sempat diraway HANYA karena harus mengurus ADMINISTRASI lebih dahulu sebelum mendapat pelayanan.

0 comments:

Post a Comment