Friday 15 January 2016

Sebuah sepeda motor melaju di Jalan Bau Mangga ke selatan. Memasuki Jl Hertasning, pengendaranya tiba – tiba menyalip dan memaksa sebuah mobil berhenti tepat di depan Hotel Lynt Makassar. Saat itu, matahari berada tepat di atas kepala, namun tidak terasa panas karena langit disaput mendung. Tetapi hati pemuda pengendara sepeda motor itu seperti terbakar amarah.

Pria berkaos hitam itu tergesa-gesa turun dari sepeda motor yang ditungganginya, lantas mengetuk keras - kalau tidak bisa disebut memukul - pintu mobil yang sudah lebih dulu berhenti karena dihalangi jalannya. Dia membentak pengemudi yang belum turun dari mobil. Membuka paksa pintu mobil kemudian menutupnya kembali, sebelum sang pengemudi sempat keluar dari mobilnya. Dia sepertinya bingung untuk bertindak.

“Hubungi Pak Ustaz” teriak pria tersebut lantang kepada temannya yang ternyata ikut juga membuntuti mobil yang mereka berhentikan. Teriakan itu memunculkan tanya di benak saya. Kenapa dia tidak minta menghubungi polisi jika mobil yang dia tahan itu bermasalah. Seharusnya mereka menghubungi polisi. Karena ketika sopir mobil yang dia berhentikan paksa itu turun dari kendaraannya, pria itu langsung menanyakan SIM dan STNK kepada pemuda yang menyetir mobil tersebut.

Sesaat saya terkesima menyaksikan aksi pemuda berkaos hitam tersebut sembari mengamati dan berusaha mereka-reka siapa dia sebenarnya. Dan untuk apa dia berbuat seperti layaknya seorang petugas keamanan. Bukan apa-apa, sebab kalau dia polisi misalnya, tentu tidak akan sekasar itu memberhentikan mobil orang lain di jalanan yang tergolong padat. Kalau bukan polisi, lalu siapa dia? Tindakannya, menurut saya cenderung kasar dan mengintimidasi.

Saya hanya berani menduga-duga ketika mengamati tulisan yang tertera di punggung kaos hitam sang “jagoan” yang dipadu dengan celana jeans warna biru itu. Rangkaian huruf berwarna putih di bagian belakang bajunya itu bertuliskan kata “Driver Makassar”. Dari situ saya memahamai siapa dia. Beberapa warga yang ada di situ berkomentar sinis “Itulah sifat jelek mereka. Kadang bertindak berlebihan. Melanggar batasan. Perilakunya memang jelek,” kata pria tersebut sembari menyebut sebuah nama komunitas yang pernah tiba-tiba popular dan di awal kehadirannya di Makassar sempat menyita perhatian publik.

Karena SIM dan STNK yang dia cari tidak dia temukan, pria berkaos hitam itu sepertinya makin uring-uringan. Saran salah seorang warga agar menghubungi polisi untuk menyelesaikan urusan mereka pun tidak dia gubris. Dia masih sibuk menanyakan SIM dan STNK si pengendara mobil.

Mungkin karena kesal didesak-desak terus untuk menunjukkan SIM dan STNK-nya, si pengemudi akhirnya berkata “kalau kamu menganggap mobil saya penyebab motormu jatuh tunjukkan bagian mana yang kena senggol.”

Ditantang seperti itu Si pemuda berkaos hitam yang semula tampil sangar tidak memberi jawaban karena di body mobil itu memang tidak terlihat ada bagian yang lecet akibat gesekan. Sepeda motor yang dikendarai kawan pria sangar itu pun tidak terlihat ada kerusakan.

Perdebatan menjadi panjang, karena sang pengemudi mobil kembali menantang, “Kalau ada kerusakan di motormu karena tersenggol mobil saya, akan saya tanggung perbaikannya.” Pria berkaos hitam tidak bisa menunjukkan kerusakan di motor kawannya. Dia masih tetap menanyakan SIM dan STNK sang pengemudi sembari mengutak-atik ponselnya seolah-olah menelpon seseorang.

Saya hanya bisa tersenyum menyaksikan ending dari adegan menggelikan yang antiklimaks itu. Beringsut pelan meninggalkan tontonan gratis, karena dari menara sebuah masjid sudah terdengar sayup – sayup suara azan memanggil. Pertanda salat Lohor sudah tiba.*****

0 comments:

Post a Comment