Thursday 28 January 2016

Ada kebiasaan baru sejumlah pejabat di negeri ini. Nyaris semua menyinggung MEA dalam setiap kegiatan. Dalam setiap pidatonya hampir bisa dipastikan akan terselip kata MEA. Baik dalam pertemuan berskala besar maupun kecil. Kata yang merupakan singkatan dari Masyarakat Ekonomi ASEAN itu seolah menjadi kata sakti untuk menyatakan bahwa pengucapnya sudah siap dengan situasi itu.

MEA akan mengintegrasikan ekonomi negara – negara anggota ASEAN dengan cara membentuk sistem perdagangan bebas atau free trade di antara negara-negara anggota ASEAN. Termasuk Indonesia sebagai salah satu anggota negara ASEAN. MEA yang diperkenalkan pada KTT ASEAN di Kuala Lumpur tahun 1997 sesungguhnya tidk berbeda jauh dengan model kerja sama lainnya yang sudah lebih dulu hadir. Harapannya, melalui pola kerja sama tersebut, ekonomi kawasan ASEAN menjadi makmur, stabil dan sangat bersaing. Sekaligus mengurangi kesenjangan dan kemiskinan sosial. Setidaknya itu yang menjadi visi ASEAN tahun 2020.

Yang paling banyak disorot menghadapi pasar bebas ini adalah kesiapan tenaga kerja Indonesia bersaing. Itu karena banyak yang meyakini tenaga kerja era itu akan menyebabkan banyak tenaga kerja asing – khususnya dari Malaysia dan Singapura - akan menyerbu Indonesia. Diperkirakan mereka akan mengincar jabatan manajerial. Dan itu tidak bisa ditolak sebagai konsekwensi keseiapan menerima dan memasuki pasar bebas.

Suka atau tidak. Siap atau belum. Semuanya akan terjadi. Maka cara terbaik yang harus dilakukan adalah menyiapkan tenaga kerja Indonesia agar memiliki daya saing dan kualifikasi untuk menduduki posisi manajerial agar tidak menjadikan tenaga kerja asing tuan di negeri tercinta ini.

Itu dari sumber daya manusianya. Dari sisi produk pun harus siap menghadapi persaingan yang benar-benar bebas. Bukan apa-apa, sekarang saja produk dari luar sudah membanjiri pasar Indonesia. Hanya saja, jika kita mau berpikir jernih maka seharusnya tidak perlu pesimistis menghadapi situasi itu, karena faktanya sejumlah produk negeri ini juga mampu menembus pasar internasioal. Liat saja fakta terbaru, beberapa negara tetangga membeli kapal perang buatan anak negeri ini. Bukankah itu menunjukkan kemampuan rakyat bangsa ini berbuat yang lebih baik?

Jangan melihat era pasar bebas itu secara sempit dan dari sisi negatif saja. Tetapi pandanglah dalam skala lebih luas dan global. Pasar bebas itu juga merupakan peluang bagi tenaga kerja Indonesia untuk mengambil job pada posisi yang lebih baik di luar negeri daripada lapangan kerja yang diincar TKI selama ini.

So ... mengapa harus cemas menghadapi era pasar bebas itu? Bukankah justru harus disambut gegap gempita? Tampil ke depan, unjuk diri memperlihatkan kapasitas yang dimiliki.*****

0 comments:

Post a Comment