Friday 1 January 2016

Jelang pukul 24.00 semalam, langit Makassar bertabur cahaya kembang api. Lautan warna-warni itu makin terlihat indah karena cuaca cukup bersahabat. Hujan yang diperkirakan bakal turun, ogah membasahi bumi. Seolah ingin memberi kesempatan kepada warga Kota Makassar untuk melampiaskan hasratnya yang menggebu menyambut malam pergantian tahun menuju 2016.

Di detik yang sama, sebagian umat Islam memeilih duduk tafakur di masjid melantunkan zikir dan doa memohon ampunan dan perlindungan dari pencipta dan pemilik alam semesta ini. Setiap orang bebas memilih caranya sendiri mengisi malam pergantian penanggalan masehi itu. Apakah ikut larut dalam hingar bingar dentuman kembang api, atau diam menikmati hening mengingat Sang Pencipta yang telah memberi banyak hal dalam mengisi waktu yang terlewatkan. Semua merasa cara yang mereka tempuh shahih.

Berapa banyak rupiah yang terbuang percuma untuk menyambut pergantian penanggalan itu? Gegap gempita menyambut malam pergantian tahun itu, tidak hanya monopoli warga kote metropolitan, tetapi sudah menyeruak jauh masuk ke dalam pelosok yang selama ini tak terusik dengan hingar bingar kebiasaan anak muda dan orang tua yang masih merasa muda untuk menyambut masuknya tahun baru.

Bahkan, atas nama memberi hiburan kepada rakyat yang telah memilihnya dalam pilkada yang sudah lewat, ada informasi yang menyebutkan seorang kepala pemerintahan di sebuah kabupaten rela merogoh koceknya hingga ratusan juta rupiah hanya untuk membeli kembang api demi menyambut malam pergantian tahun itu. Ah … andai saja ratusan juta uang yang dihanguskan dalam hitungan menit itu digunakan membantu rakyat yang termarjinalkan, sungguh tak terhitung amal sang pemilik uang.

Terlepas dari itu semua, yang terpenting dari momen ini adalah merenung. Mengingat-ingat kembali apa yang telah dilakukan setahun yang sudah terlewati. Apakah waktu yang diberikan Allah tidak disia-siakan untuk hal yang tidak bermanfaat? Dan yang tak kalah pentingnya adalah, apa rencana untuk mengisi tahun yang baru saja dijelang.

Masih banyak “pekerjaan rumah” yang belum terselesaikan. Khususnya dalam hal rasa aman warga Kota Makassar. Bulan terakhir penanggalan Desember, masih saja terdengar kabar ada warga yang diserang begal. Namun kabar tentang keberhasilan aparat keamanan membekuk begal juga layak diapesiasi sebagai sebuah upaya yang sungguh-sungguh untuk menciptakan rasa aman.

Gonjang – ganjing di bidang politik juga tak kalah riuhnya. Yang paling segar dalam ingatan adalah kasus Papa Minta Saham yang menyita atensi publik. Bukan hanya soal substansi kasusnya, tetapi yang terbanyak mendapat sorotan adalah cara menanganginya.

Selamat memasuki tahun 2016. Semoga tidak larut dalam kepentingan sesaat dan permainan para elit yang diperkirakan tensinya bakal meningkat. Itu karena tahun ini akan dimanfaatkan oleh sejumlah peminat kursi kekuasaan yang empuk untuk mengutak-atik peluangnya menjadi PENGUASA bukan PEMIMPIN.*****

0 comments:

Post a Comment