Sunday 14 June 2015

Antiklimaks. Garuda Muda rontok dengan skor menyakitkan. 5-0. Kepakan sayap nan perkasa harus berhenti di babak semi final cabang sepakbola Sea Games 2015 di Singapura. Skor menyolok itu menjadi kado terbaik buat mereka yang hanya bisa saling cakar di balik nama besar PSSI.

Ketika Evan Dimas dan kawan-kawan membungkam tuan rumah Singapura untuk memastikan salah satu tempat di semi final, hujan pujian datang. Itu karena capaian tersebut dinilai sebagai tohokan tajam buat pengurus PSSI dan semua yang mengaku peduli terhadap persepakbolaan nasional.

Kekalahan telak dari Thailand itu juga bisa menjadi alasan tembahan untuk semakin meyakinkan pemerintah melalui Kemenpora melakukan pembenahan total di tubuh PSSI. Sepertinya ada yang salah dan harus segera diamputasi. Yup … diamputasi. Tidak cukup hanya sekadar dirawat, tetapi harus membuang borok yang terus mengganggu perjalanan panjang persepakbolaan nasional. Ujung-ujungnya kita berharap PSSI nanti sudah bisa berbicara tingakt dunia.

Kegagalan PSSI makin menyempurnakan penderitaan tim Indonesia yang harus terlempar dari tiga besar dalam even olah raga bangsa-bangsa Asia Tenggara itu. Sebaiknya evaluasi tidak hanya dilakukan buat PSSI saja, tetapi sekalin saja semua cabang yang tidak mampu mencapai target yang diberikan harus direvolusi. Tidak perlu malu mengakui kekalahan. Itu lebih baik sebagai dasar untuk melakukan pembenahan untuk kepentingan yang lebih besar. Prestasi.

Prestasi kinclong tidak bisa diraih secara instan, tetapi butuh perjuangan dan kerja keras untuk mewujudkannya. Bukan hanya semangat bertanding para atlet, tetapi iklim pembinaan serta sarana dan prasarana juga harus kondusif dan membuat atlet nyaman untuk memunculkan talenta yang dimilikinya.

Dalam olahraga, kalah dan menang itu biasa. Karena semua bisa menang sedangkan juara pertama hanya ada satu.*****

Mau Mulai Bisnis dengan Modal Kecil? Hub 0813 5505 2048 - PIN 7D3F47E5

0 comments:

Post a Comment