Monday 8 June 2015

Pemerintah Kota Makassar secara tegas melarang koperasi menjual seragam sekolah. Alasannya sederhana saja dan mudah dipahami, harga jual di koperasi sekolah jauh di atas harga pasaran sehingga membuat repot orang tua siswa.

Larangan tersebut menurut saya tidak bijaksana karena menutup peluang bagi koperasi untuk berkembang. Padahal itu merupakan kesempatan besar yang bisa dimanfaatkan secara maksimal oleh koperasi. Jumlah siswa yang cukup besar merupakan potensi pasar yang sangat prospektif.

Pemerintah seharusnya justru harus mendorong koperasi memanfaatkan momen penerimaan murid baru sebagai peluang memetik untuk pemupukan modal usaha bagi pengembangan koperasi. Kalau harga mahal yang menjadi masalahnya bisa dicarikan solusinya. Jika ingin membasmi tikus jangan membakar lumbungnya.

Pertanyaan kritis yang harus dijawab pengelola koperasi adalah mengapa harga jual mereka lebih mahal dibandingkan dengan yang berlaku di toko pakaian atau di pasaran? Beragam jawaban yang bisa muncul terkait pertanyaan tersebut. Bisa jadi memang harga pokok pembelian koperasi lebih tinggi atau koperasi ingin memetika keuntungan yang lebih besar.

Karena koperasi adalah lembaga bisnis yang kehadirannya diharapkan membantu dan menjadi soko guru ekonomi maka seharusnya pengelola bisa menawarkan harga yang lebih bersaing. Bahkan menurut saya bisa lebih rendah dibandingkan dengan harga di pasaran umum. Caranya? Mudah.

Pengelola koperasinya harusnya memahami konsep bisnis jika ingin berjualan pakaian seragam agar harganya bisa bersaing. Logika sederhanya adalah jika di tempat lain, orangtua siswa bisa mendapat pakaian seragam dengan harga yang lebih murah mengapa itu tidak bisa didapatkan di koperasi sekolah yang nota bene adalah milik sekolah tempat sang anak menimba ilmu.

Dalam konteks ini pengurus koperasi harusnya jeli memilih manajer yang cakap mengembangkan bisnis koperasi di sekolah. Ingat, jumlah murid plus dan orang sangat besar dan menjadi potensi pasar yang sangat menjanjikan. Bahkan, warga sekitar sekolah juga bisa digarap sebagai pasar potensial.

Pilih pengelola yang mampu membaca kecenderungan pasar dan psikologi orangtua siswa. Salah satu contoh kasusnya adalah dalam soal penjualan pakaian seragam. Jika koperasi belum mampu memproduksi sendiri sesuai standar maka pengadaan bisa dilakukan dengan cara bekerjasama dengan pihak ketiga. Saya yakin harga perolehannya bisa ditekan sehingga harga jual juga akan bersaing. Tidak perlu memetik keuntungan yang terlalu besar. Biar kecil jika rutin hasil akan jauh lebih baik.

Pemerintah kota seharusnya melakukan kajian mendalam agar peluang koperasi untuk mengembangkan usaha di lingkungannya bisa maksimal. Jika pengelolaannya profesional, item bisnisnya akan berkembang terus sesuai kebutuhan pasar.*****

Mau Mulai Bisnis dengan Modal Kecil? Hub 0813 5505 2048 - PIN 7D3F47E5

0 comments:

Post a Comment