Friday 16 May 2014

Belasan anak usia di bawah enam tahun berdiri di dua sisi lorong jalan yang lebarnya hanya satu meter. Jalan itu merupakan akses menuju PAUD tempat mereka belajar. Mereka adalah anak-anak binaan PAUD Jala Saugi di Pulau Saugi, Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan. Pulau ini bisa dicapai dalam waktu tiga jam perjalanan laut dari Pangkalan Utama Angkatan Laut (Lantamal) VI, Paotere, Makassar.

Saya menyebutnya anak-anak laksana Laskar Pelangi, karena meskipun mereka anak sekolahan, namun saat menjemput kedatangan Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini Nonformal dan Informal (PAUDNI) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Prof Dr Lydia Freyani Hawadi Psi, Kamis (15/5/2014), mereka mengenakan busana aneka warna dan nyaris tak ada yang mengenakan sepatu.

Pemandangan yang sama juga terlihat pada jejeran anak yang juga berdiri berderet di dua tepi jalan di ujung dermaga Pulau Saugi, tempat Kapal Pintar milik Lantamal VI yang membawa kami ke pulau tersebut. Tanpa menghiraukan terik matahari, mereka berdiri menyambut kami. Tetap dengan tawa dan senyum khas nan tulus anak-anak pulau.

Saat berdialog dengan Dirjen PAUDNI, salah seorang tutor PAUD Jala Saugi terlihat menahan tangis. Itu gambaran ekspresi kebahagiaannya mendengar janji Dirjen PAUDNI untuk membantu mereka yang sudah mengabdi hampir tiga tahun di sekolah tersebut menemani anak-anak usia dini bermain dan bernyanyi sebagai persiapan memasuki usia sekolah.

Di ruang PAUD itu pula beberapa ibu rumah tangga memeragakan cara membuat kue tradisional setempat bernama doi-doi. Bentuk kue tersebut menyerupai kepingan uang uang koin, namun sangat tipis membuat kue tersebut renyah ketika dikunyah.

Usai menyanyi bersama anak-anak PAUD dan berdialog dengan tutor dan pengelola PAUD, Prof Lydia berjalan menysuri lorong jalan pulau yang seratusan lebih kepala keluarga itu. Sengatan matahari yang tepat berada di ubun-ubun tidak mengurangi semangat kami berjalan. Sesekali, Guru Besar Fakultas Psikologi Universitas Indonesia itu, menyapa warga yang berdiri di balik pagar rumah mereka.

Beberapa menit setelah azan pertanda masuknya waktu Salat Lohor, rombongan berkemas meninggalkan pulau tersebut. Sejumlah janji terucap untuk membantu mereka, khususnya pengelola dan tutor PAUD. Begitu pula anak-anak untuk anak-anak peserta belajar. Selamat tinggal penduduk Pulau Saugi.

Mulai Bisnis Hanya Bermodal Rp 635 ribu

0 comments:

Post a Comment