Monday 18 May 2015

Sejumlah penggiat pendidikan di Kota Makassar memperingati Hari Buku Nasional di berbagai tempat. Ada yang menggelar diskusi, ada pula yang melakukan aksi damai di Pantai Losari untuk menyosilisasikan Hari Buku Nasional yang tahun ini jatuh pada hari Minggu (17/5/2015).

Pekan lalu, tulisan tentang buku dimuat di dua koran terbitan lokal beroplah besar di halaman opininya. Bukan untuk membedah tentang hari buku nasional, tetapi menyikapi soal buku Pemimpin Cinta yang mendapat protes dari warga Jeneponto. Bahkan, hari ini (Senin, 18/5/2015), Fajar memuat tulisan seorang penulis kelahiran Jeneponto yang kini bermukim di Bogor. Tulisanya cukup segar terkait reaksi yang berujung pada pembakaran buku tersebut.

Saya belum melihat buku tersebut hingga dinyatakan ditarik oleh penulisnya sebagai jawaban atas protes warga Jeneponto. Apalagi membacanya. Namun seorang kawan yang kebetulan ngopi bareng dengan saya ternyata sudah memiliki buku yang cukup tebal tersebut. Saya sempat ngintip dan membaca sepenggal kecil buku tersebut, khususnya di halaman yang membuahkan protes.

Saya tidak ingin membahas buku tersebut karena belum membaca isinya secara keseluruhan. Tidak juga akan memersoalkan tentang reaksi warga yang merasa tersinggung terhadap salah satu bagian yang menulis tentang daerahnya. Karena protes yang mereka ajukan tentu saja beralasan. Paling tidak menurut pendekatan dan sudut pandang yang mereka gunakan.

Penolakan ataupun protes terhadap buku Pemimpin Cinta bukanlah merupakan insiden pertama. Sejumlah peristiwa sejenis sudah pernah terjadi sebelumnya. Meski dalam konteks berbeda. Pembakaran yang dilakukan terhadap buku tersebut bisa dimaknai sebagai simbol betapa kecewanya mereka terhadap buku itu, khususnya di halaman yang menyinggung nama daerah mereka. Karena bukan hanya sekadar nama tetapi juga mengaitkannya dengan profesi. Dan itu sebuah kehormatan buat mereka.

Bagaimanapun, sejumlah warga Jeneponto sudah menyatakan sikapnya terhadap buku tersebut. Dan penulisnya pun sudah menjawabnya dengan menyatakan menarik buku tersebut. Peristiwa ini hendaknya menjadi pembelajaran berharga dan kado istimewa di Hari Buku Nasional tahun ini. Teristimewa buat semua penulis agar lebih berhati-hati merangkai kata dalam menyusun kalimat. Apatah lagi jika itu sudah menyebut nama entitas.*****

Mau Mulai Bisnis dengan Modal Kecil? Hub 0813 5505 2048 - PIN 7D3F47E5

0 comments:

Post a Comment