Tuesday 30 December 2014

Jelang tutup tahun 2014, nyaris setiap hari media massa menyajikan informasi yang menyesakkan dada bagi warga Kota Makassar. Jumlah minimarket yang jadi korban perampokan terus bertambah. Modus dan barang jarahannya pun nyaris sama.

Empat hari terakhir, setidaknya ada tiga kasus penyerangan berujung perampokan terhadap minimarket. Itu terjadi di dalam Kota Makassar. Di jalan yang biasanya padat lalu lalang kendaraan dan berada di tengah pemukiman warga.

Sebut misalnya, serangan terhadap Indomaret di Jl Pattimura pada hari Jumat (26/12/2014). Keesokan harinya (Sabtu, 27/12/2014), giliran Indomaret di Jl Landak yang jadi sasaran. Berselang dua hari kemudian (Senin, 29/12/2014) Alfamidi di Jl Toddopuli Raya yang diserang. Dari tiga insiden dalam rentang waktu empat hari itu, Alfamidi yang menderita kerugian terbesar. Mencapai Rp 20 juta.

Insiden tersebut seolah menjadi teror berkelanjutan yang bisa membuat warga trauma dan nekad bertindak sendiri. Menghukum pelaku tanpa menunggu aparat bertindak. Main hakim sendiri karena tidak yakin Negara bertindak sesuai harapan warga. Jika itu yang terjadi bagaimana jadinya negeri ini?

Polisi memang telah bekerja. Buktinya, bisa dilihat pada sejumlah kasus penangkapan beberapa tersangka penyerangan. Tetapi yang menjadi pertanyaan besar adalah, mengapa perampokan masih saja terus berlanjut? Apa yang salah dalam penanganannya? Apa yang menggerakkannya?

Jangan biarkan kota ini menjadi tidak bersahabat bagi warganya sendiri. Jangan biarkan hukum rimba yang berlaku. Syaratnya, berikan perlindungan maksimal agar warga percaya bahwa Negara ini masih hadir saat dibutuhkan.

Awali Bisnis Bermodal Rp 635 ribu. Berminat? Hub 0813 5505 2048 PIN 7D3F47E5

0 comments:

Post a Comment