Korupsi di Sepak Bola

Dunia sepak bola geger. Enam petingginya diciduk polisi dalam kamar Hotel Baur au Lac, Zurich. Ini merupakan “kado istimewa” menjelang kongres badan sepak bola yang akan dimulai, 29 Mei 2015. Kasusnya pun cukup menohok. Dugaan korupsi dan pencucian uang.

Usahlah jauh-jauh membahas dugaan korupsi di badan tertinggi sepak bola dunia itu. Cukup menjadikannya sebagai entry point saja untuk menelaah penanganan sepakbola di negeri sendiri. Adakah prilaku seperti itu juga menjangkiti orang-orang yang terlibat dalam organisasi sepak bola kita? Kasus itu bisa saja dijadikan rujukan tetapi kita tentu tidak boleh berburuk sangka tanpa ada bukti kuat yang mendukung.

Dugaan mega korupsi itu mencuat, ketika persepakbolaan di dalam negeri juga sedang gonjang-ganjing pasca pembekuan PSSI oleh Menteri Pemuda dan Olah Raga Imam Nahrawi. Pembekuan yang berbuah ancaman sanksi dari FIFA karena pemerintah dianggap melakukan intervensi terhadap PSSI. Sesuatu yang sangat tabu dilakukan menurut FIFA.

Pembekuan yang dilakukan Menpora memang berbuntut panjang yang bermuara pada penghentian kompetisi Liga oleh PSSI dengan alasan force major. Padahal, kompetisi baru berjalan beberapa pekan.

Terus terang, sudah lama saya tidak menonton Liga Indonesia di stadion. Salah satu penyebabnya, mungkin karena makin maraknya siaran langsung pertandingan liga terbaik di luar negeri. Pertandingan yang sangat bermutu dan menghibur. Sesuatu yang sulit ditemukan dalam pertandingan kompetisi lokal.

Niat baik Menpora membenahi PSSI sebagai salah satu langkah untuk mengatrol prestasi sepak bola Indonesia perlu diapresiasi. Soal caranya yang dianggap ekstrim karena membekukan PSSI wajar jika mendapat banyak sorotan. Tetapi jangan lupa, tidak sedikit juga yang mendukung langkah Menpora. Meskipun itu tidak dilakukan secara terbuka karena tidak diberitakan media massa. Khususnya mereka yang sudah bosan melihat tidak moncernya pembinaan sepakbola sehingga tak mampu membentuk tim nasional yang benar-benar berprestasi.

Jika pembekuan PSSI itu merupakan cara terbaik untuk merevolusi sepak bola Indonesia dan harus berbuah sanksi oleh FIFA, saya kira tidak ada masalah. Hanya saja, harus ada jaminan dari para pemangku kepentingan, khususnya yang mendukung langkah Menpora bahwa pasca pembekuan itu prestasi sepak bola Indonesia akan lebih bari sekarang. Tidak ada lagi cerita miring. Mulai dari pemilihan pemain yang akan memperkuat tim nasional hingga dugaan korupsi yang menyelimuti karena tidak ada transparansi penggunaan dana yang diperoleh PSSI.

Audit menyeluruh perlu dilakukan. Bagaimana pemanfaatan dana-dana yang diperoleh dari sponsor dan hak siar penayangan pertandingan oleh televisi. Bukan hanya penyalurannya tetapi nominalnya. So … tidak perlu terlalu mendewakan FIFA. Bukankah mereka juga bukan malaikat dan kantong bajunya masih menghadap keatas?*****

Mau Mulai Bisnis dengan Modal Kecil? Hub 0813 5505 2048 - PIN 7D3F47E5