Friday 20 September 2013

Pilkada serentak di lima kabupaten/ kota di Sulawesi Selatan, 18 September 2013, menjadi catatan kelam bagi Partai Golkar. Itu setelah tiga usungannya tumbang. Jagoan Golkar tak mampu mengungguli rivalnya di Kota Makassar, Kabupaten Pinrang, dan Kabupaten Jeneponto.

Kekalahan jagoan Partai Golkar di Makassar yang menjadi barometer di kawasan timur negeri ini sangat mencolok. Menohok ke jantung partai berlambang pohon beringin rimbun tersebut. Inilah kali pertama Partai Golkar tidak menempatkan kadernya sebagai orang nomor satu di Balai Kota Makassar. Jangankan berada di puncak peraih suara terbanyak. Untuk merebut runner up pun tak mampu.

Berdasarkan hasil hitung cepat sejumlah lembaga survei, pasangan Supomo Guntur – Kadir Halid yang diusung Partai Golkar hanya menempati peringkat empat. Perolehan suaranya barada di bawah jagoan Partai Demokrat Danny Pomanto-Syamsu Rizal, jagoan PPP dan PAN Irman Yasin Limpo – Busrah Abdullah, dan Tamsil Linrung – Das’ad Latif yang digadang-gadang oleh PKS.

Kegagalan Partai Golkar di Makassar di Makassar terasa makin menyesakkan karena yang diusung sebagai jagoannya adalah Ketua DPD II Partai Golkar Makassar Supomo Guntur yang juga masih menjabat Wakil Wali Kota Makassar saat ini. Pasangannya pun, adalah Kadir Halid. Adalah adik Korwil Pemenangan Partai Golkar untuk Indonesia Timur, Nurdin Halid. Nama ini yang cukup dikenal di Sulawesi Selatan. Parahnya lagi, tiga rival yang mengunggulinya bukan ketua partai di Makassar.

Sejumlah pertanyaan kemudian muncul ke permukaan atas kekalahan tersebut. Dan yang paling depan digugat adalah tidak maksimalnya kerja mesin partai karena ada isu tidak solidnya kader partai terkait pilihan calon yang diusung.

Tanda-tanda bakal tumbangnya jagoan partai berlambang beringin pada Pilkada Makassar sesungguhnya sudah terlihat sejak penetapan calon pasangan yang akan diusung. Perlawanan beberapa kader muda secara kasat mata sudah bisa menjelaskan fenomenanya.

Meski secara kasat mata hanya beberapa orang saja yang berani menyatakan penolakannya secara vulgar terhadap pasangan calon yang diusung, namun protes yang dilakukan oleh “segelintir” kader itu sudah memberi sinyal yang sangat jelas dan terbukti sangat mempengaruhi hasil akhir pilihan warga Makassar.

Ini pun makin diperparah dengan beberapa insiden yang melibatkan orang-orang beratribut calon pasangan yang diusung. Sebutlah salah satunya, pengeroyokan terhadap kader partai yang dinillai membelot. Menentang kebijakan partai.

Menarik ditunggu langkah Partai Golkar dalam menyikapi kekalahan tersebut, karena fakta itu tidak bisa diabaikan akan berlanjut pada pemilihan anggota legislatif yang dilanjutkan dengan pemilihan presiden.

0 comments:

Post a Comment