Thursday 5 September 2013

Usai sudah Komisi Pemilihan Umum Kota Makassar menggelar debat Calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Makassar. Kualitas debat yang disiarkan langsung salah satu televisi lokal itu ditanggapi beragam. Ada yang menyebutnya debat kusir tanpa arah, ada pula yang menganggapnya sebagai ajang untuk saling sindir dan menjatuhkan rival. Tepatnya, sebagai wahana untuk saling menelanjangi. Masing-masing punya alasan yang sahih untuk menilai kualitas debat itu.

Persoalan mendasar yang dihadapi Makassar ke depan, nyaris tak mendapat tempat utuk mendapatkan penjelasan tentang penyelesaiannya. Yang tersaji hanyalah saling sindir. Bahkan, cenderung ingin saling menjatuhkan.

Lihat bagaimana pasangan Dany Pomanto – Ical mendapat serangan soal tata ruang yang dianggap tidak beres. Bagaimana pula pasangan Muhyina Muin – Saiful Saleh harus menghadapi isu penimbunan laut. Begitu pula pasangan Tamsil – Dasa’ad Latif yang disindir soal kemacetan kota yang bukan hanya disebabkan oleh tidak disiplinnya pengguna jalan, tetapi karena keberadaan sapi.

Bagi banyak orang, debat tersebut nyaris tak ada manfaatnya jika ajang itu dimaksudkan untuk membedah rencana dan pemikiran para calon wali kota untuk membangun Makassar menjadi lebih baik, jika terpilih menjadi wali kota dan wakil wali kota. Dan saya masuk dalam kelompok yang berpendapat seperti itu.

Debat para calon terasa hambar. Tidak ada hal istimewa yang mereka tawarkan untuk membangun Makassar. Sulit memastikan penyebabnya. Bisa jadi karena terlalu banyak calon yang maju sehingga mereka harus rela berbagi waktu yang relatif singkat. Akibatnya, pernyataan yang muncul atas pertanyaan yang mengemuka hanyalah berupa sindiran dan sindiran. Bukan substansi permasalahan Makassar yang mereka bedah.

Tapi apapun hasilnya, debat tersebut harus dimaknai sebagai niat baik penyelenggara membuka ruang kepada para calon untuk menjelaskan pemikirannya terkait masalah terkini dan tantangan yang bakal dihadapi Makassar di masa datang.

Bagaimana pun apresiasi tetap layak diberikan. Paling tidak, penyelenggara juga bisa belajar bahwa segala sesuatunya harus dirancang secara baik dan ditangani secara serius jika ingin membuahkan hasil yang maksimal. Termasuk tentu pencoblosan yang akan menjadi penentu calon yang akan mendapat mandate dari pemilih yang berminat datang ke TPS.

0 comments:

Post a Comment