Wednesday 4 September 2013

Sulawesi Selatan sudah lama dikenal sebagai salah satu daerah penghasil kakao terbaik di Indonesia. Bahkan di dunia. Sayangnya, kakao yang dihasilkan petani umumnya masih dijual sebelum diolah sehingga nilai ekonominya relatif rendah. Peluang itu ditangkap oleh Barry Callebaut Comextra Indonesia dengan mendirikan pabrik pengolahan kakao di Kampung Salodong Makassar.

Untuk membangun pabrik berkapasitas produksi 30 ton biji kakao tersebut, perusahaan joint venture itu menanamkan investasi sebesar 34 miliar dolar Amerika Serikat atau ekivalen dengan Rp 374 miliar jika dikonversi dalam rupiah saat ini sekira Rp 11.000 per dolar.

Barry Callebaut mengklaim, pabrik yang diresmikan Gubernur Sulawesi Selatan Syahrul Yasin Limpo, Selasa 3 September 2013, itu sebagai pabrik terbesar dan berteknologi termutakhir di Asia Tenggara. Bahkan terbesar ketiga di dunia.

Manajemen Barry Callebaut itu menyebut kehadiran pabriknya di Makassar itu bakal menyerap sedikitnya 30 ribu ton biji kakao di Sulawesi, terkhusus Sulawesi Selatan untuk diolah menjadi kakao cair ataupun batangan. Ujung-ujungnya diharapkan bisa memperbesar keran ekspor kakao dari Makassar sekaligus bisa menambah nilai tambah ekonomi bagi petani penghasil kakao.

Apatah lagi mereka sudah berjanji akan meningkatkan kemitraan dengan petani kakao untuk mendorong peningkatan produktivitas petani melalui pembinaan dan edukasi pengembangan lahan kakao, khususnya teknis berkebun sehingga petani bisa lebih berdaya.

Dari sisi tenaga kerja, kehadiran pabrik jelas membuka lapangan kerja baru. Hampir seratus pekerja tertampung di pabrik tersebut dan 90 persen lebih adalah tenaga lokal. Hanya saja, para pekerja lokalan Makassar (Sulawesi Selatan) itu masih sebatas pelaksana teknis produksi atau buruh. Belum berada di level manajemen.

0 comments:

Post a Comment