Thursday 2 April 2015

Setelah Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis premium dinaikkan oleh pemerintah, giliran Pertamina ikut menaikkan harga elpiji nonsubsidi atau ukuran 12 kilogram. Tidak tanggung-tanggung, perusahaan pelat mera tersebut menaikkan harga jual sebesar Rp 8.000 per tabung.

Tiga bulan menjelang Ramadan, dua kebutuhan rakyat naik. Bensin dan gas elpiji ukuran 12 kilogram. Elpiji ukuran ini memang tidak disubsidi oleh pemerintah. Pertamina mengklaim kenaikan harga tersebut untuk menutupi kerugian penjualan BBM jenis premium.

Kepada anggota dewan saat Rapat Kerja dengan Komisi VII DPR RI, Rabu (1/4/2015), Direktur Pemasaran Pertamina Ahmad Bambang mengatakan, penjualan BBM jenis premium yang disalurkan Pertamina mengalami kerugian sebesar Rp 600 per liter. Karena itu Pertamina mencari cara lain untuk menutupi kerugian dari penjualan premium. Cara lain yang dimaksud adalah menaikkan harga elpiji 12 kg.

Sementara Plt Dirjen Migas I Nyoman Wiratmaja mengaku, penjualan BBM jenis premium masih minus Rp 48 miliar per hari (dengan asumsi penjualan 80 juta liter). “Sedangkan untuk solar disebutkan impas, artinya Pertamina tidak mendapatkan apa-apa. Oleh karena itu, agar tidak mengalami kerugian yang sama, maka diam-diam Pertamina menaikkan harga elpiji 12 kg,” ujar Bambang, seperti dikutif Fajar.co.id, Kamis (2/4/2015).

Apapun alasan menaikkan harga elpiji tersebut, rakyatlah yang menanggung dampaknya. Bukan hanya akibat langsungnya, tetapi juga efek ikutannya. Karena biasanya barang lain akan ikut bergerak naik. Patut dicatat, selain rumah tangga berpenghasilan menengah ke atas, elpiji 12 kilogram itu digunakan oleh pelaku bisnis. Termasuk rumah makan.

Kenapa Pertamina harus membebankan kerugian penjualan BBM jenis premium kepada rakyat? Bukankah yang menikmati bahan bakar bersubsidi tersebut adalah pemilik kendaraan bermotor? Amati saja kendaraan yang mengisi BBM jenis premium di SPBU. Adakah perbedaan antara masyarakat kebanyakan dengan pemilik kendaraan yang nota bene berduit? Kenapa Pertamina tidak mencari formula lain untuk menutupi kerugian itu?

Ya … bisa dipahami, cara terbaik dan mudah bagi penguasa untuk menyenangkan diri adalah membebani rakyat yang hanya bisa pasrah menerima nasib. Biarlah rakyat menderita yang penting mereka tetap bisa menerima gaji besar dari kerjanya membebani rakyat.

Tragisnya lagi, mereka yang saban hari selalu mengatasnamakan diri sebagai wakil rakyat pun hanya diam mengetahui Pertamina diam-diam menaikkan harga jual elpiji tersebut. Padahal kursi empuk yang dia duduki di gedung padat AC di sana dibeli pake uang rakyat. Pun gaji yang mengalir ke rekening untuk menafkahi keluarganya juga berasal dari tetes keringat rakyat.

So … jangan salahkan mereka karena mereka duduk di kursi empuk itu karena dipilih oleh rakyat yang hanya bisa gigit jari setelah mencoblos nama dan partai yang diwakilinya karena sejatinya mereka memang adalah wakil partai.*****

Mau Memulai Bisnis Bermodal Kecil? Hub 0813 5505 2048 PIN 7D3F47E5

0 comments:

Post a Comment