Friday 17 April 2015

Kebiasaan buruk yang dilakukan siswa kelas tiga SMA usai mengikuti ujian akhir masih saja berlangsung. Ini “tradisi” yang sangat tidak sehat. Aksi mereka berkonvoi di jalanan mengendarai sepeda motor sangat mengganggu pengguna jalan lainnya.

Kebiasaan aksi coret-coret pakaian seragam dan konvoi sepeda motor bagi siswa usai ujian akhir, baik siswa SMA maupun SMP, sepertinya sudah sulit dihilangkan. Secara sederhana, konvoi itu mereka terjemahkan sebagai ungkapan rasa syukur setelah selesai menjalani ujian akhir di sekolahnya. Terlepas mereka lulus ujian atau tidak.

Sangat wajar jika seseorang menyatakan syukur atas keberhasilan melakukan sesuatu setelah berjuang dalam waktu relatif lama. Hanya saja ungkapan rasa syukur setelah mengikuti ujian akhir dengan cara berkonvoi seperti rasanya kurang elok, sehingga tak perlu diwariskan kepada para junior mereka. Apalagi , saat konvoi banyak siswa yang mengabaikan rambu lalu lintas. Bahkan, ada beberapa di antara mereka tidak mengenakan helm.

Yang sangat memprihatinkan adalah berita yang dilansir tribun-timur.com yang menyebut ada oknum yang tergabung dalam konvoi siswa salah satu SMA di Kabupaten Gowa, membawa busur. Anak tersebut berkacamata dan mengecat warna hijau rambutnya. Karena merasa diikuti dia mendatangi wartawan agar menghapus gambar yang sudah diambil.

Tidak dijelaskan siapa pembawa busur dan anak panah tersebut. Apakah salah satu siswa atau bukan siswa atau bukan. Namun yang jelas dia bergabung dengan konvoi siswa usai mengikuti ujian di sekolahnya.*****

Mau Mulai Bisnis dengan Modal Kecil? Hub 0813 5505 2048 - PIN 7D3F47E5

0 comments:

Post a Comment