Wednesday 16 April 2014

Ancaman Wali Kota Makassar untuk menahan ijzah siswa yang berkonvoi di jalan seusai mengikuti ujian nasional di hari terakhir, tidak mempan. Sejumlah siswa tetap saja terlihat berkonvoi di beberapa ruas jalan di dalam Kota Makassar. Apa ada dengan mereka?

Puluhan anak muda bersegaram putih abu-abu bergoncengan di jalan raya. Baju seragam mereka sudah penuh coretan, sehingga nyaris menutupi warna dasarnya. Mereka mengekspresikan kebebasannya dengan cara berkonvoi di jalan usai mengikuti ujian nasional hari terakhir. Selain “menguasai jalan” suara motor mereka juga meraung membelah udara. Seolah ingin mengatakan, ini hari kebebasan buat kami.

Mereka mengabaikan ancaman yang dikeluarkan Wali Kota Makassar untuk menahan ijazah jika berkonvoi seusai ujian. Mungkin mereka tidak percaya ancaman itu akan dibuktikan. Itu karena ancaman serupa sudah pernah dikeluarkan tahun-tahun sebelumnya. Namun tidak pernah dibuktikan?

Ancaman tak akan membuat mereka keder. Ancaman sudah terlalu sering mereka dengar. Yang jarang mereka temuan adalah memberlakukan aturan secara tegas atas setiap pelangggaran. Dimana dan kapan pun itu terjadi.

Berkonvoi mengganggu pengguna jalan lainnya. Mengendarai sepeda motor tanpa mengenakan helm. Berboncengan tiga. Semuanya adalah pelanggaran lalu lintas. Dan yang namanya pelanggaran seharusnya diganjar dengan hukuman. Tidak dibiarkan terus berbuat sesukanya.

Jika petugas bertindak tegas terhadap mereka dengan member hukuman yang memberi efek jera, maka hampir bisa dipastikan tidak akan ada lagi yang berani melakukan pelanggaran yang sama. Tetapi faktanya adalah, perilaku yang sama terus saja berulang dan berulang. Berkonvoi, berboncengan tiga satu motor, tidak mengenakan helm seolah sudah menjadi trend bagi mereka untuk mengekspresikan diri telah melalui jenjang pendidikan bagi anak remaja dan siap menjadi mahasiswa.

Dibutuhkan pemimpin yang berani dan mampu bertindak tegas terhadap semua pelanggar. Meski pun pelakunya adalah anak tokoh di daerah ini. Sebab dengan cara seperti itu, kejadian serupa tak akan terjadi lagi.

Mulai Bisnis Hanya Bermodal Rp 635 ribu

0 comments:

Post a Comment