Monday 7 April 2014

Kasus perseteruan antarguru besar di salah satu kampus di bilangan Tamalanrea Makassar masih bergulir. Kini muncul lagi kasus sejenis di kampus yang terletak di Jl Sultan Alauddin Makassar. Meski kasusnya berbeda, namun intinya nyaris sama. Soal pemilihan top manajemen di kampus tersebut.

Kalah dalam pemilihan rektor menjadi pemicu masuknya gugatan sejumlah guru besar terhadap penyelenggaraan pemilihan rektor di kampus merah. Tidak salah memang karena ruang untuk mempersoalkan mekanisme yang dianggap tidak sesuai prosedur terbuka lebar untuk dimanfaatkan. Hanya saja, muncul pertanyaan, mengapa harus terjadi perseteruan di internal institusi penghasil para cendekia itu?

Masih sulit menduga hasil akhir dari gugatan para profesor itu karena prosesnya sementara bergulir di pengadilan tata usaha negara. Dapat dipastikan akan terjadi adu argumentasi yang kuat antara tim penggugat dan tim tergugat. Dan keduanya pasti akan bersikukuh sebagai pihak yang paling benar. Sinyal itu sudah kelihatan dari pemberitaan yang dimuat media massa sejak kasus tersebut bergulir.

Jika di kampus terbesar di kawasan timur Indonesia itu terjadi perselisihan setelah pemilihan rektor maka di kampus yang juga berpelat merah bilangan Jl Sultan Alauddin Makassar, bibit perseteruannya justru dimulai sebelum pemilihan rektor digelar. Itu berawal ketika enam guru besar di kampus tersebut merasa haknya dipreteli menjelang pemilihan rektor di kampus tersebut. Mereka dinonaktifkan karena diperbantukan di institusi di luar lembaganya sebagai guru besar.

Meski masalahnya belum bergulir ke pengadilan, namun jika masing-masing pihak bersikukuh pada sikap awal, maka hal tersebut bisa berlanjut ke jalur hukum. Apalagi, pihak rektorat sudah memersilakan kepada enam guru besar yang dinonaktifkan tersebut menempuh jalur hukum jika mereka tidak menerima keputusan penonaktifannya. Dan jika itu terjadi, artinya saling gugat menggugat antarsesama maha terpelajar akan tersaji di depan publik.

Insiden di dua kampus besar itu mengonfirmasikan bahwa tidak mudah memang memuaskan semua pihak dalam gelaran sebuah “pesta demokrasi”. Tidak di kalangan rakyat kebanyakan. Tetapi di kalangan intelektual pun itu bisa terjadi.*****

Rebut Peluang Usaha Bermodal Kecil Hanya Rp 635 ribu

0 comments:

Post a Comment