Saturday 10 January 2015

Pendemo yang menduduki rumah jabatan Wali Kota Makassar, mengonfirmasikan secara jelas kepada kita bagaimana kondisi keamanan kota ini. Jika wali kota saja terteror di rumah jabatannya, bagaimana dengan rakyat kebanyakan?

Bentrokan antara Satpol PP yang piket di rumah jabatan Wali Kota Makassar dengan kelompok mahasiswa yang mengklaim diri Barisan Elemen Mahasiswa Makassar, Jumat (9/1/2015), menjadi perhatian publik. Insiden itu sungguh sangat disayangkan. Apalagi ada korban luka terkena benda tajam.

Saya angkat jempol dengan berita yang dilaporkan Tribun Timur (Sabtu, 10/1/2015), yang cukup lengkap. Apalagi berita itu ditempatkan sebagai head line pada hari itu. Tidak berlebihan, karena berita itu sesungguhnya juga menjadi alert bagi pihak yang bertanggung jawab soal rasa aman warga kota ini.

Pertanyaannya adalah bagaimana kelanjutan penanganan masalah tersebut dan langkah apa yang harus dilakukan sebagai antisipasi agar insiden serupa tidak berulang? Rumah jabatan adalah simbol Negara yang seharusnya dijaga keamanannya. Jika rumah jabatan seperti itu saja bisa diserang dan diduduki bagaimana jadinya dengan rumah kediaman warga biasa?

Insiden itu bisa melahirkan keresahan baru bagi warga kota. Itu membuat rasa tidak aman yang sudah ada akibat serangan kelompok tertentu pada malam hari makin mengental. Entah kapan akan berakhir. Berbagai upaya telah dilakukan. Tapi hasilnya tetap saja belum sesuai harapan.

Sebagai warga negara yang baik kita tentu ingin mempercayakan pengamanan kota ini kepada mereka yang memang diberi tugas dan digaji untuk pekerjaan tersebut. Rakyat, tentu tidak diharapkan bertindak sendiri. Karena kita hidup di negara hukum.

Yang pasti, masih banyak pekerjaan yang mendesak diselesaikan terkait keamanan Kota Makassar. Rasa aman harus diberikan kepada setiap warga negara.*****

Awali Bisnis Bermodal Rp 635 ribu. Berminat? Hub 0813 5505 2048 PIN 7D3F47E5

0 comments:

Post a Comment