Sunday 1 February 2015

Kehadiran “Pak Ogah” mengatur lalu lintas di sejumlah bukaan jalan sudah lama dikeluhkan oleh sejumlah pengendara. Mereka menugaskandiri mengambil-alih fungsi polisi lalu lintas. Hanya saja, aktivitas mereka kadang berbuntut kurang nyaman bagi banyak pengendara.

Harus diakui bahwa kehadiran mereka cukup membantu melancarkan arus lalu lintas. Apalagi di titik jalan yang tergolong padat dan langganan macet. Namun di sisi lain, prilaku segelintir di antara mereka kadang juga menimbulkan kejengkelan luar biasa bagi pengendara lainnya. Umpatan dan makian kata-kata tak pantas lazim terlontar dari mulut mereka. Itu terjadi, jika ada pengendara yang tidak memberi imbalan jasa dengan berbagai alasan. Tetapi tidak semua Pak Ogah berperilaku buruk. Bahkan ada juga yang tetap bersabar ketika ada pengendara tidak memberi tips.

Insiden penimaman terhadap dua anggota Brimob di pertigaan Jalan Andi Tonro-Jalan Sultan Alauddin, Sabtu (31/1/2015), patut menjadi contoh terkini sekaligus warning bagi pihak terkait. Betapa kehadiran “pelayan jasa lalu lintas berbayar” itu perlu mendapat perhatian jika tak ingin korban lain berjatuhan. Kalau aparat keamanan saja bisa diperlakukan seperti itu, bisa dibayangkan bagaimana prilaku mereka terhadap kelompok warga lainnya. Khususnya masyarakat sipil dengan segala keterbatasannya.

Peristiwanya yang terjadi tidak jauh dari markas Brimob. Apatah lagi, anggota Brimob itu mengenakana uniform kesatuannya. Sehingga sangat naïf rasanya jika pelaku penikaman tidak mengenal korbannya sebagai aparat keamanan. Terlepas korban sedang menjalankan tugas kedinasan ataupun tidak.

Kepala Kepolisian Sektor Tamalate, Makasar, Kompol Suaib Majid, mengonfirmasikan bahwa pemantik tertikamnya anggota Brimob itu berawal ketika salah seorang Pak Ogah di tempat itu memaki anggota Brimob dengan kata-kata kasar. Saat Sang Brimob menghentikan kendaraan dan mendekat, bukannya minta maaf, korban justru disambut dengan tikaman badik oleh Pak Ogah.

Bagaimanapun, insiden itu menjadi pelajaran yang sangat berharga. Bukan hanya bagi pengguna jalan dan masyarakat pada umumnya untuk lebih berhati-hati, tetapi juga kepada petugas yang diberi amanah mengamankan dan melancarkan arus lalu lintas di sejumlah titik yang dianggap rawan dan berpotensi macet.

Peristiwa itu juga menginformasikan bahwa pelaku penikaman ternyata berbekal senjata tajam saat meninggalkan kediamannya. Entah untuk tujuan apa. Untuk menghindari jatuhnya korban lain, polisi lalu lintas juga sepertinya memberi perhatian terhadap sejumlah bukaan jalan tempat Pak Ogah beroperasi. Dan yang tidak kalah pentingnya adalah, aparat keamanan perlu melakukan razia, rutin atau dadakan, khususnya terhadap warga yang rajin berbekal senjata tajam.*****

Bisnis Bermodal Rp 635 ribu. Berminat? Hub 0813 5505 2048 PIN 7D3F47E5

0 comments:

Post a Comment